selamat datang

Salamat Datang Di GUGUS DEPAN 24047-24048 SDN CITAPEN 02 KECAMATAN CIAWI KABUPATEN BOGOR

Rabu, 11 November 2020

Penggunaan Tongkat Pramu

 

Tongkat Pramuka, Ukuran, Warna, dan Penggunaan

Ukuran, warna, dan penggunaan tongkat pramuka. Tongkat pramuka menjadi sebuah kelengkapan bagi anggota Gerakan Pramuka, terutama Pramuka Penggalang. dalam setiap kegiatannya. Tongkat Pramuka ini memiliki ketentuan tersendiri terkait dengan ukuran tongkat, warna tongkat, bahan, dan penggunaan, baik cara penggunaan tongkat saat baris-berbaris maupun di luar PBB.

Tongkat pramuka pun layaknya senjata bagi setiap pramuka. Sebagaimana lirik salah satu yel pramuka berjudul "Yel Pramuka Bukan Tentara" di mana salah satu liriknya berbunyi : Bukan polisi dan bukan tentara // Tali dan tongkat itulah senjatanya // Coklat tua coklat muda seragamnya // Merah dan putih tergantung di lehernya.

Bahan, Ukuran, dan Warna Tongkat Pramuka


Tongkat pramuka dibuat dari bahan bambu atau kayu yang dibuat silinder. Ukuran panjang tongkat pramuka adalah 160 cm (1,6 meter) dengan diameter sekitar 5 cm. Tongkat diberikan warna bebas sesuai dengan aspirasi, keinginan, dan kreatifitas masing-masing. Jika semua anggota satu regu membawa tongkat, warna tongkat diusahakan seragam untuk menunjukkan kekompakan regu.

Sering kali dijumpai tongkat pramuka yang diwarnai menjadi tiga bagian, yaitu merah di kedua ujungnya dan putih di bagian tengahnya. Bagian ujung yang berwarna merah berukuran masing-masing 30 cm, sedangkan bagian tengah yang berwarna putih berukuran 100 cm. Aturan pewarnaan tongkat tersebut tidak salah namun juga tidak wajib. Karena sekali lagi, masing-masing regu bebas untuk mewarnai tongkatnya sesuai dengan kreatifitasnya.

Penggalang dengan tongkat pramuka
Pramuka Penggalang dengan tongkat pramuka

Penggunaan Tongkat Pramuka


Tongkat pramuka adalah peralatan serba guna bagi pramuka, sehingga wajar jka dianggap sebagai senjatanya pramuka. Bagi pramuka siaga, tongkat bisa hanya dibawa oleh Pimpinan Barung saja untuk melekatkan bendera barung. Bagi Pramuka Penggalang, selain pemimpin regu (untuk melekatkan bendera regu), tongkat pramuka biasa dibawa oleh setiap anggota regu dan digunakan dalam setiap kegiatan, meskipun tidak wajib.

Sebagai alat serba guna, tongkat pramuka memiliki berbagai manfaat dan kegunaan. Penggunaan tongkat pramuka tersebut antara lain untuk :

  1. Tiang tenda
  2. Pembuatan pionering, mulai dari pionering gapura, tiang bendera, rak sepatu, jemuran pakaian, dan lain sebagainya.
  3. Pembuatan tandu darurat (dragbar)
  4. Alat pertahanan diri, termasuk terhadap hewan liar
  5. Alat bantu menaksir tinggimenaksir jarak, dan lain sebagainya.
  6. Alat bantu pengepakan barang (membawa, mengangkut, dan memindahkan barang)
  7. Baris Berbaris (Baca : Cara Menggunakan Tongkat  Dalam Baris Berbaris)
Mengingat pentingnya kegunaan tongkat pramuka perlu diperhtaikan dalam pemilihan bahan tongkat yang harus mempertingbangkan kekuatan dan ukuran tongkat. Jika diperlukan, dapat ditambahkan tanda-tanda pada tongkat yang menunjukkan ukuran-ukuran tertentu. Semisal panjang 1 meter, 30 cm, dll.

Yang tidak kalah pentingnya adalah perawatan tongkat. Dengan perawatan dan penyimpanan yang benar, akan menjaga kualitas tongkat. Sehingga saat sewaktu-waktu tongkat dibutuhkan untuk membuat sesuatu (semisal tandu darurat) dapat berfungsi dengan baik.

Kamis, 23 Juli 2020

MATERI PRAMUKA

MATERI PRAMUKA 

LINK MATERI SIAGA :
LINK MATERI PENGGALANG :
LINK ATURAN KEPRAMUKAAN 2020  :

Sejarah Singkat Kepramukaan di Dunia

Sejarah Singkat Kepramukaan di Dunia

Sejarah Kepramukaan di Dunia tidak bisa terlepas dari Baden Powell. Tentara Inggris yang lahir di London, Inggris pada tanggal 22 Februari 1857 ini lah yang menggagas kegiatan yang dalam sejarah kemudian terkenal dengan kepramukaan atau scouting. Sejarah mencatat bahwa buku Aids to Scouting (1899) yang berisikan pengalaman Baden Powell semasa di ketentaraan menarik minat, dan banyak dibaca, tidak hanya oleh kalangan militer saja melainkan oleh para guru dan organisasi pemuda.

Minat masyarakat terhadap buku Aids to Scouting yang tinggi membuat William Alexander Smith (Pimpinan Boys Brigade Inggris) meminta Baden Powell untuk melatih 22 pemuda. Oleh Baden Powell, ke-22 pemuda ini diajak berkemah di pulau Brownsea selama 8 hari pada tanggal 25 Juli - 2 Agustus 1907. Tercatat dalam sejarah, perkemahan tersebut menginspirasi Baden Powell untuk menulis buku 'Scouting for Boys' (1908). Selain diilhami buku-bukunya terdahulu, buku ini juga mendapatkan masukan dan dukungan dari Frederick Russell Burnham (Chief of Scouts in British Africa),  Ernest Thompson Seton dari Woodcraft Indians (Amerika), dan William Alexander Smith dari Boys Brigade.

Kembali, buku ini menjadi laris manis, bahkan di seantero dunia. Buku Scouting for Boys menjadi rujukan dan pedoman penyelenggaraan kegiatan serupa di seluruh dunia. Kegiatan-kegiatan tersebut yang kemudian dikenal sebagai kepramukaan atau scouting. Kemah di pulau Brownsea dan buku 'Scouting for Boys' dianggap sebagai tonggak awal sejarah kepramukaan di dunia. Tentang Bapak Pramuka Sedunia, Baden Powell, baca : Sejarah Baden Powell dan Foto Baden Powell.

Monumen di Pulau Brownsea
Monumen di Pulau Brownsea, menandai perkemahan Pramuka pertama kali di dunia
    

Sejarah Kepramukaan Sedunia


Sejarah mencatat bahwa buku “Scouting for Boys” tersebar luas di Inggris dan negara-negara lain. Buku ini menginspirasi berdirinya organisasi kepramukaan di Inggris dan sekitarnya. Sehingga bermunculanlah kegiatan-kegiatan untuk pemuda dengan menerapkan ide-ide Baden Powell. Semula kepramukaan hanya ditujukan bagi anak laki-laki berusia 11 sampai 18 tahun dengan nama Boys Scout.

Tahun 1912 atas bantuan adik perempuan beliau, Agnes berinisiatif mendirikan organisasi kepramukaan untuk wanita dengan nama Girl Guides. Organisasi ini kemudian diteruskan oleh istri Baden Powell.

Tahun 1916 berdiri kelompok pramuka usia siaga dengan nama Cub (anak serigala) dengan buku The Jungle Book karangan Rudyard Kipling sebagai pedoman kegiatannya. Buku ini bercerita tentang Mowgli si anak rimba yang dipelihara di hutan oleh induk serigala.

Tahun 1918 Baden Powell membentuk "Rover Scout" bagi mereka yang telah berusia 17 tahun. Tahun 1922 beliau menerbitkan buku Rovering To Success (Mengembara Menuju Bahagia). Buku ini menggambarkan seorang pemuda yang harus mengayuh sampannya menuju ke pantai bahagia.

Tahun 1920 diselenggarakan Jambore Dunia yang pertama di Olympia Hall, London. Beliau mengundang pramuka dari 27 Negara dan pada saat itu Baden Powell diangkat sebagai Bapak Pandu Sedunia (Chief Scout of The World).  Daftar pelaksanaan Jambore Dunia dapat dilihat di artikel lain di blog ini.

Tahun 1914 beliau menulis petunjuk untuk kursus Pembina Pramuka dan baru dapat terlaksana tahun 1919. Dari sahabatnya yang bernama W.F. de Bois Maclarren, beliau mendapat sebidang tanah di Chingford yang kemudian digunakan sebagai tempat pendidikan Pembina Pramuka dengan nama Gilwell Park.

Patung Baden Powell di Gilwell Park
Patung Baden Powell di Gilwell Park

Tahun 1920 dibentuk WOSM atau World Organization of the Scout Movement (Organisasi Gerakan Pramuka Sedunia). Sekretariat (kantor pusat WOSM) disebut World Scout Bureau (Biro Pramuka Dunia). Biro Pramuka Dunia pertama kali berlokasi di London, Inggris. Pada tahun 1958 dipindah ke Ottawa Kanada dan tahun 1968 dipindahkan lagi ke Geneva, Swiss.

World Scout Bureau dipimpin oleh seorang Sekretaris Jenderal Biro Pramuka Dunia. Saat ini Sekretaris jenderal WOSM dijabat oleh Scott Teare. 

Biro Kepramukaan sedunia mempunyai 5 kantor kawasan yaitu Kawasan Afrika, berkantor di Nairobi, Kenya; Kawasan Arab, berkantor di Kairo, Mesir; Kawasan Asia Pasifik, berkantor di Manila, Filipina; Kawan Eurasia, berkantor Kiev, Ukraina; Kawasan Eropa, berkantor di Jenewa Swiss; dan Kawasan Inter-Amerika, berkantor di Panama City, Panama.

Indonesia bergabung menjadi anggota WOSM sejak tahun 1953. Selain WOSM, di dunia juga terdapat beberapa organisasi kepramukaan lainnya seperti WAGGGS (World Association of Girl Guides and Girl Scouts atau Asosiasi Kepanduan Putri Sedunia).

Untuk sejarah pramuka di Indonesia, baca : Sejarah Kepramukaan di Indonesia dan itulah sejarah singkat kepramukaan di dunia.





Senin, 06 Juli 2020

Mengenal Bintang Tahunan

Mengenal Bintang Tahunan (Tanda Penghargaan Bagi Pramuka Muda)

Tata cara dan peraturan tentang Bintang Tahunan diatur secara lengkap melalui Keputusan Kwartir Nasional Gerakan Pramuka Nomor 175 tahun 2012 tentang Petunjuk Penyelenggaraan (Jukran) Tanda Penghargaan Gerakan Pramuka. SK Kwarnas ini dapat dibaca dan didownload di halaman SK / PP Pramuka.

Bentuk, Bahan, Ukuran, Gambar, dan Warna Bintang Tahunan


Bentuk, bahan, ukuran, dan warna tanda penghargaan Bintang Tahunan sebagaimana diatur dalam Jukran Nomor 175 tahun 2012 adalah sebagai berikut:

  • Bintang Tahunan Pramuka berbentuk bintang bersudut lima (tiga dimensi) yang dibuat dari bahan logam berwarna perak.
  • Tanda penghargaan Bintang Tahunan memiliki ukuran jari-jari 6 mm.
  • Bintang dalam tanda penghargaan Bintang Tahunan diberi Alas berbentuk lingkaran dengan jari-jari 7 mm yang terbuat dari bahan laken, kulit, atau bahan lainnya.
  • Alas Bintang Tahunan tersebut berwarna dengan ketentuan sebagai berikut:
    • Hijau untuk masa bakti sebagai seorang Pramuka Siaga
    • Merah untuk masa bakti sebagai seorang Pramuka Penggalang
    • Kuning untuk masa bakti sebagai seorang Pramuka Penegak
    • Coklat untuk masa bakti sebagai seorang Pramuka Pandega
  • Bintang Tahunan untuk tahun kedua, ketiga, dan seterusnya memiliki bentuk, ukuran, dan bahan yang sama, dengan ditambahkan angka sesuai dengan jumlah tahunnya. Angka tersebut berwarna perak dengan dasar berwarna hitam, bergaris tengah 6 mm, dan terletak di tengah-tengah bintang.
Bentuk bahan, ukuran, dan warna tanda penghargaan Bintang Tahunan selengkapnya lihat contoh gambar sebagai berikut.

Bintang Tahunan Pramuka
Bentuk Bintang Tahunan Pramuka

Siapa yang Berhak Mendapatkan Bintang Tahunan?

Sebagaimana telah diuraikan di atas, bintang tahuanan merupakan tanda penghargaan yang diberikan kepada anggota muda Gerakan Pramuka yang meliputi Pramuka Siaga, Pramuka Penggalang, Pramuka Penegak, dan Pramuka Pandega. Para anggota ini untuk memperoleh Bintang Tahunan dinilai berdasarkan ketentuan, antara lain:

  1. Telah menyelesaikan dan dilantik dalam SKU tingkatan terendah dalam golongannya. Sehingga telah dilantik sebagai Siaga Mula bagi anggota Pramuka Siaga, Penggalang Ramu (Pramuka Penggalang), Penegak Bantara (Pramuka Penegak), dan Pandega.
  2. Selama satu tahun terhitung sejak dilantik, selalu setia mengikuti kegiatan di satuannya baik kegiatan berkala (semacam latihan rutin) dan kegiatan insidental.
  3. Selama satu tahun terhitung sejak dilantik, selalu patuh menjalankan tugas dan kewajiban yang diberikan pembinanya.
  4. Selama satu tahun terhitung sejak dilantik, selalu giat dan rajin melatih diri untuk meningkatkan kesehatan jasmani dan rohaninya, sehingga berguna bagi dirinya, keluarganya, dan masyarakat sekitarnya.
  5. Selama satu tahun terhitung sejak dilantik, selalu menunjukkan usahanya untuk menepati dan menjalankan Dwisatya dan Dwidarma, Trisatya dan Dasadarma Pramuka.
Bagi anggota pramuka yang telah menerima Bintang Tahunan, dan pada tahun berikutnya masih memenuhi syarat-syarat tersebut di atas, dapat menerima dan mengenakan Bintang Tahunan Pramuka untuk tahun kedua. Demikian juga pada tahun ketiga, dan seterusnya.

Wewenang untuk mengusulkan, memberikan, menganugerahkan, dan mencabut Bintang Tahunan ada di Pembina Gudep dimana anggota pramuka tersebut berada. Penganugerahan dapat juga dilimpahkan kepada Kwartir Ranting ataupun Kwartir Cabang.


Tata Cara Pemakaian Bintang Tahunan

Bintang Tahunan Pramuka dikenakan oleh anggota pramuka yang berhak. Penempatannya di pakaian seragam pramuka adalah di atas saku kanan baju seragam pramuka, tepat di atas tanda WOSM (untuk pramuka putra). Sedang untuk anggota putri di dada sebelah kanan dengan lokasi menyesuaikan sekiranya sama dengan putra.

Apabila seorang anggota Gerakan Pramuka memiliki Bintang Tahunan lebih dari satu dalam satu golongan maka yang dikenakan cukup Bintang Tahunan yang tertinggi. Semisal memiliki Bintang Tahunan tahun pertama dan kedua untuk golongan penggalang, maka yang dikenakan adalah Bintang Tahunan Tahun Kedua, sedang Bintang Tahunan Tahun Pertama tidak usah dikenakan.

Bila memiliki Bintang Tahunan lebih dari satu dari golongan yang berbeda maka yang dikenakan adalah Bintang Tahunan Tertinggi dari masing-masing golongan. Pemasangannya berurutan dari kanan mulai dari Bintang Tahunan golongan Siaga, Penggalang, Penegak, dan Pandega. Sebagai contoh, seorang anggota Gerakan Pramuka memiliki dua Bintang Tahunan Siaga, tiga Bintang Tahunan Penegak, dan satu Bintang Tahunan Pandega, maka pemasangannya secara berutan mulai dari kanan adalah Bintang Tahunan Siaga Tahun Kedua; Bintang Tahunan Penegak Tahun Ketiga; dan Bintang Tahunan Pandega Tahun Pertama.

Selain Bintang Tahunan, seorang anggota muda Gerakan Pramuka dapat juga memperoleh berbagai tanda penghargaan lainnya. Tanda penghargaan yang bisa didapatkan oleh pramuka Siaga, Penggalang, Penegak, dan Pandega adalah Lencana Teladan, Lencana Wiratama, Lencana Karya Bakti, dan Tanda Penghargaan Kegiatan (Tiska dan Tigor).

Adik-adik sudah memahami apa itu Bintang Tahunan? Ingin dan merasa telah memenuhi syarat untuk mendapatkannya, silakan bicarakan dengan pembina masing-masing untuk mendapatkan tanda penghargaan Bintang Tahunan.

encipta Himne Pramuka

Mengenal Kak H. Mutahar, Sang Pencipta Himne Pramuka.

Husein Mutahar atau yang lebih sering dikenal sebagai H. Mutahar atau Hs. Mutahar pastilah sangat dikenal oleh para anggota pramuka. Wajar karena H. Mutahar adalah tokoh pramuka yang pencipta lagu Hymne Pramuka atau lagu Satya Darma Pramuka yang tetap dipergunakan oleh Gerakan Pramuka hingga saat ini.

Namun selain sebagai pengarang lagu Himne Pramuka, adakah anggota pramuka yang sudah mengenal Kak Mut (panggilan akrab Kak Husein Mutahar) lebih lanjut?.

Kak H. Mutahar adalah seorang habaib (keturunan langsung Nabi Muhammad), tokoh kepanduan dan kepramukaan, pejuang kemerdekaan, pencipta lagu, penggagas Paskibraka (Pasukan pengibar Bendera Pusaka), wartawan, hingga Duta Besar Indonesia di Vatikan.

H. Mutahar lahir di Semarang, Jawa Tengah, pada tanggal 5 Agustus 1916. Meninggal di Jakarta pada tanggal 9 Juni 2004 dalam usia 87 tahun. Nama lengkapnya adalah Habaib Muhammad Husein bin Salim bin Ahmad bin Salim bin Ahmad Al Muthahar. Namanya kemudian lebih dikenal sebagai Husein Mutahar atau Hs. Mutahar. Di lingkungan Gerakan Pramuka, beliau kerap dipanggil sebagai Kak Mut.

H. Mutahar

Riwayat pendidikannya dimulai dari:

ELS (Europese Lagere School; SD 7 Tahun), 
MULO (Meer Uitgebreid Lager Onderwijs; SMP) lulus tahun 1934
AMS (Algemeene Middelbare School; SMA) lulus tahun 1938
  • Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada (1946-1947, tidak lulus)

H. Mutahar dan Kepramukaan


H. Mutahar atau Husein Mutahar aktif dalam kegiatan kepanduan (sebelum lahirnya Pramuka), saat berdirinya Gerakan Pramuka, maupun setelah kelahiran Pramuka. Beliau telah aktif menjadi anggota kepanduan saat masih bersekolah di MULO dan AMS.

Dalam sejarah kepramukaan di Indonesia, beliau berperan aktif dalam Panitia Kesatuan Kepanduan Indonesia yang kemudian menyelenggarakan Kongres Kesatuan Kepanduan Indonesia pada tanggal 27 - 29 Desember 1945. Konggres ini sendiri kemudian berhasil membentuk Pandu Rakyat Indonesia sebagai satu-satunya organisasi kepanduan saat itu. Husein Mutahar menjabat sebagai anggota Kwartir Besar Pandu Rakyat Indonesia (1945 - 1961).

H. Mutahar juga berperan aktif dalam usaha pendirian Gerakan Pramuka pada tahun 1961. Bersama tokoh-tokoh kepramukaan lainnya, beliau berjuang keras ketika saat usaha peleburan kepanduan menjadi pramuka berusaha dibelokkan oleh Partai Komunis Indonesia menjadi gerakan Pionir Muda yang berhaluan komunis.

Setelah berdirinya Gerakan Pramuka (14 Agustus 1961), Husein Mutahar menjabat sebagai anggota Kwartir Nasional hingga beberapa kali periode. Menjabat sebagai Sekjen Majelis Pembimbing Nasional Gerakan Pramuka periode 1973 - 1978. Selain itu, beliau juga aktif sebagai pembina pramuka hingga usia tuanya.

Bahkan dua minggu menjelang wafatnya, H. Mutahar meminta difoto dengan mengenakan pakaian pramuka lengkap dengan bintang jasa dan penghargaan yang diterimanya. Foto inilah yang kemudian dicetak dalam ukuran besar dan diletakkan di dekat jenazahnya saat beliau meninggal dunia. Padahal menurutu berbagai pihak, H. Mutahar termasuk tokoh yang kerap menghindar ketika hendak difoto.

H. Mutahar Sang Pencipta Lagu Perjuangan


Bagi anggota pramuka H. Mutahar dikenal sebagai pencipta lagu Himne Pramuka atau Satya Darma Pramuka. Lagu Hymne Pramuka sendiri diciptakan pada tahun 1964. Lagu Satya Darma Pramuka ditetapkan sebagai Himne Pramuka dalam Anggaran Dasar Gerakan Pramuka Pasal 51.

Selain lagu Satya Darma Pramuka, Husein Mutahar juga menciptakan berbagai lagu lainnya, seperti:
  1. Syukur (1945)
  2. Himne Almamater (Himne Universitas Indonesia)
  3. Hari Merdeka (1946)
  4. Dirgahayu Indonesiaku
  5. Gembira
  6. Tepuk Tangan Silang-Silang
  7. Mari Tepuk
  8. Jangan Putus Asa
  9. Saat Berpisah (Tiba Saat Berpisah)
  10. Dwi Warna
  11. Bertemu Lagi (Di Sinilah Di Sini Kita Bertemu Lagi)
Bagi anggota pramuka Satya Darma Pramuka (Himne Pramuka), Syukur, Saat Berpisah, dan Bertemu Lagi (Di Sinilah Di Sini Kita Bertemu Lagi) merupakan lagu-lagu yang cukup dikenal. Meskipun beberapa diantara kita tidak menyadari bahwa lagu-lagu tersebut adalah karya dari Kak Mutahar.

H. Mutahar Pejuang Kemerdekaan dan Penyelamat Bendera Pusaka


Kak Husein Mutahar, selain aktif di kepanduan, juga ikut bergerak aktif dalam perjuangan melawan penjajah. Pada Oktober 1945 terlibat langsung dalam 'Pertempuran Lima Hari' di Semarang. Ketika pemerintahan RI hijrah ke Yogyakarta pada tahun 1946, Mutahar diangkat menjadi Sekretaris Laksamana Muda Mohammad Nazir Isa yang saat itu menjabat sebagai Panglima Angkatan Laut Republik Indonesia (Kepala Staf TNI Angkatan Laut). Di tahun yang sama, HS. Mutahar kemudian diangkat menjadi Ajudan Presiden RI, Ir. Soekarno.

Husein Mutahar

Menjelang Ir. Soekarno ditangkap Belanda pada saat Agresi Militer II Belanda (19 Desember 1948), H. Mutahar mendapatkan tugas khusus untuk menyelamatkan 'bendera pusaka' (bendera Merah Putih yang dikibarkan pertama kali saat Indonesia merdeka) agar tidak jatuh ke tangan Belanda. Saat Ir. Soekarno, Mohammad Hatta, dan pejabat lainnya ditangkap Belanda, H. Mutahar pun ikut ditangkap, namun dapat melarikan diri sambil menyelamatkan bendera pusaka.

Atas jasa beliau inilah kemudian pemerintah menganugerahkan Bintang Gerilya dan Bintang Mahaputra.

H. Mutahar Bapak Paskibraka


Selain dikenal sebagai tokoh pramuka sekaligus pencipta lagu Hymne Pramuka, Hs. Mutahar pun dikenal sebagai bapak Paskibraka (Pasukan Pengibar Bendera Pusaka). Menjelang peringatan Hari Proklamasi Kemerdekaan pertama kali (17 Agustus 1946), Ir. Soekarno berniat melaksanakan peringatan Detik-Detik Kemerdekaan RI di halaman Gedung Agung Yogyakarta. Ir. Soekarno menugasi H. Mutahar untuk mengonsep dan mempersiapkan acara tersebut. Hingga akhirnya beliau menunjuk lima orang pemuda untuk mengibarkan bendera pusaka. Peringatan tersebut kembali dilaksanakan pada tahun 1947 dan 1948.

Tahun 1967, Husein Mutahar dipanggil oleh Presiden Soeharto untuk mengonsepo dan mempersiapkan pengibaran bendera pusaka saat peringatan Hari Kemerdekaan RI. Hasilnya, H. Mutahar membentuk 'Pasukan Pengerek Bendera' yang formasinya terdiri atas tiga kelompok yaitu Kelompok Pengiring (17 orang), kelompok Pembawa (8 orang), dan kelompok Pengawal (45 orang). Nama 'Pasukan Pengerek Bendera' tetap dipergunakan sampai dengan tahun 1972. 

Pada tahun 1973, Drs Idik Sulaeman, Kepala Dinas Pengembangan dan Latihan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan yang saat Pramuka Penegak dibina oleh H. Mutahar mengusulkan mengganti nama dari 'Pasukan Pengerek Bendera' menjadi Pasukan Pengibar Bendera Pusaka (Paskibraka).

Riwayat Jabatan dan Pekerjaan Lainnya

  • Wartawan Surat Kabar Het Noordik, Semarang (1938)
  • Anggota BPRI (Badan Pemberontak Rakyat Indonesia) Jawa Tengah, 1945
  • Sekretaris Panglima Angkatan Laut Republik Indonesia (1945 -1946)
  • Redaksi majalah “Revolusi Pemuda” (1945-1946)
  • Ajudan Presiden Ir. Soekarno (1946 - 1948)
  • Perang Gerilya (1948 - 1949)
  • Direktur Jenderal Urusan Pemuda dan Pramuka (Udaka) Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (1966 - 1968)
  • Pegawai Departemen Luar Negeri Republik Indonesia (1969)
  • Duta Besar Republik Indonesia di Vatikan (1969 - 1973)
  • Direktur Protokol Departemen Luar Negeri merangkap Protokol Negara (1973-1974)

Kak Husein Mutahar tidak menikah sepanjang hidupnya sehingga tidak memiliki keturunan (anak). Meski demikian beliau mengangkat 8 anak semang (anak angkat).

Kak Hs. Mutahar meninggal di Jakarta pada tanggal 8 Juni 2004 akibat sakit tua yang dideritanya. Sebagai penerima tanda jasa penghargaan Bintang Gerilya dan Bintang Mahaputra, beliau seharusnya berhak dimakamkan di Makam Taman Pahlawan Kalibata. Namun sesuai dengan wasiatnya, beliau memilih dimakamkan di pemakaman umum Jeruk Purut, Jakarta Selatan.

Tokoh pramuka yang sedari kecil hingga tuanya tetap setia bergelut dengan kepramukaan itu telah tiada. Meninggalkan warisan berharga bagi anggota pramuka se Indonesia. Di samping lagu Satya Darma Pramuka hasil ciptaaannya, semangat, perjuangan, konsistensi, dan kesederhanaan H. Mutahar patut menjadi suri tauladan bagi kita semua.

KEGIATAN PERKEMAHAN JUM'AT DAN SABTU

  UPACARA PEMBUKAAN                                                                                                                         ...